GoRiau
Kolektor batu nagasui akik, Daniel Krisna, membanderol akik yg dikatidakannya bergambar Nyai Roro Kidul itu Rp5 miliar. Pelukis kelahiran Ngawi, Jawa Timur, 15 Oktober 1968 ini memamerkan koleksi kesaygannya itu dalam Pesta batu nagasui Akik di Pasar Kita Pamulang, Tangerang Selatan, pada September tahun lalu.
Awalnya, ucap Daniel, akiknya ditawar Rp1 miliar. Tapi, sebab hanya memiliki satu, ia tidak berminat menjualnya. supaya tidak ada yg mau membeli, ia mematok harga tinggi: Rp5 miliar. Ternyata, ketika berpameran di Mangga Dua, Jakarta Barat, ada yg menawar Rp3 miliar.
Daniel mengaku menyesal juga tidak melepasnya. "Sekarang kalau ada yg mau membelinya Rp5 miliar akan kami lepas," ujar Daniel beberapa waktu lalu. Daniel bercerita bahwa akik yg dibentuk menjadi liontin itu berasal dari lempengan batu nagasui pancawarna asal Wonosobo, Jawa Tengah, setebal dua sentimeter, yg ia beli di pasar akik Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur (kini Jakarta Gems Center) pada 1995 seharga Rp50 rorang tua.
Mata jeli Daniel sebagai pelukis mampu melihat pada bagian belahan batu nagasui itu ada gambar yg bisa dimirip-miripkan dengan sosok penjaga Laut Selatan yg mengenakan kemben hijau dengan rambut panjang terurai. Ia lalu memotong, mengasah, serta membentuknya menjadi mata kalung seukuran telapak tangan bayi.
Suwandi Gazali, 40 tahun, penggagas serta pimpinan majalah bulanan Nusantaran Gemstone, menyebutkan akik gambar / pictorial agate sebagai seni lukis yg terpatri di permukaan / di dalam batu nagasui secara alamiah. sebab tidak ada dua batu nagasui akik di dunia yg memiliki kesamaan serta kemiripan gambar sehingga harganya sangat tinggi. Apalagi kalau coraknya amat mirip dengan sosok tertentu. Misalnya sangat menyerupai Nyi Roro Kidul, Dwi Kwan Im, Iwan Fals, John Lennon, / Yesus.
"Keunikan pictorial agate ini adalah tidak ada campur tangan manusia dalam membuat lukisan. Ini benar-benar God̢۪s hands," ujar Suwandi, yg ditemui di kantornya di Bogor, dua pekan lalu. Menurut dia, tidak ada warga / institusi resmi seperti laboratorium yg bisa mengesahkan tafsiran gambar yg terdapat pada akik. Penentuan gambar menjadi hak penemu / penjual akik itu sendiri.*
Gali batu nagasui, Gila batu nagasui...
KOMPAS.com
Seniman Remy Sylado mengenakan batu nagasui akik di sepuluh jari tangannya. Butet Kartaredjasa menyimpan koleksi puluhan batu nagasui akik di kotidak deposit di sebuah bank. Kini batu nagasui akik menjadi gaya hidup. Ada apa dengan batu nagasui akik?
Butet Kartaredjasa menyimpan akik di bank semata demi pengamanan bagi batu nagasui akik serta batu nagasui mulia yg diwarisinya dari almarhum sang orang tua, mendiang Bagong Kussudiardja. Penari serta koreografer Bagong, menurut Butet, selalu membawa tiga kantong kulit berisi beragam batu nagasui akik. Di tengah jalan, Bagong bisa berhenti lalu bercerita tentang akiknya hingga berjam-jam. Setelah Bagong meninggal, ratusan batu nagasui akik itulah yg kemudian dibagi oleh anak-anaknya.
Bagong bahkan pernah membeli lukisan dari sewarga seniman terkenal dengan barter batu nagasui akik. "Kalau ada saudara yg kepepet butuh duit, mereka menjual akik ke kami. Mertua juga senang menghadiahi akik. Lama-lama suka," ucap Butet.
Sejak mahasiswa, Butet memakai cincin berhias batu nagasui merah hitam. Kala itu, dia merasa penampilannya kurang macho. Tanpa kumis serta tidak tertarik memakai beragam aksesori, penampilannya sebelum memakai cincin akik dirasa "pucat". "Dulu aku bukan penggemar batu nagasui. Suatu hari nonton Jakarta Fair, tertarik lihat stan yg jual batu nagasui," ucap Butet.
batu nagasui yg dibeli sejak mahasiswa itulah yg hingga kini jadi kebanggaan Butet. Sekilas, batu nagasui itu terlihat berwarna hitam, tetapi akan berubah menjadi merah tua pada saat diterawang. Saking cintanya, batu nagasui tersebut tidak pernah lepas dari jari manis tangan kanan Butet. Si cincin berhias batu nagasui tersebut hanya akan berpindah ke jari tangan kiri ketika Butet makan masakan padang dengan cara "muluk" memakai tangan.
Bahkan, ketika pentas / main film, si hitam merah selalu lekat di jemari. Beberapa rekan seniman berseloroh bahwa Butet bisa main teater dengan bagus hanya sebab memakai cincin batu nagasui. Ada pula yg sempat mengira batu nagasui itu sebagai alat pengasihan. Beberapa kali, ada penggemar batu nagasui yg berniat membeli batu nagasui unik yg dulu dibeli seharga Rp 25.000 itu.
"Aku merasa lebih keren. Kalau enggak pakai cincin batu nagasui rasanya gondal-gandul. Kayak enggak pakai celana dalam," tambah Butet.
tidak sekadar mengkamulkan warisan, Butet pun mulai ketularan hobi berburu batu nagasui. Seperti ketika pergi ke Nusa Kambangan, ia membeli beberapa batu nagasui kul buntet yg konon bisa berjalan sendiri jika diletidakkan di permukaan kaca yg diolesi minyak.
Keindahan alamiah akik itu pula yg membuat sastrawan Remy Sylado jatuh hati. Sejak 1970-an, Remy sudah mengoleksi beragam jenis batu nagasui akik. Awalnya, koleksinya hanya sebatas batu nagasui berwarna putih, sesuai warna kesukaannya. Kecintaan pada batu nagasui warna putih lantas merembet ke batu nagasui akik hitam serta merah sebelum kemudian mengoleksi batu nagasui dari semua warna.
batu nagasui marjan yg disebutnya memiliki warna merah keren, batu nagasui pirus berwarna biru, hingga giok hijau adalah beberapa dari ratusan batu nagasui akik yg dikoleksi Remy. batu nagasui-batu nagasui tersebut disimpan dengan sangat hati-hati di laci meja khusus di rumahnya. Beberapa batu nagasui akik sudah diikat dengan logam mulia serta dipakai sebagai cincin.
"kami suka batu nagasui, tapi tidak percaya batu nagasui. Selera pribadi yg terpelihara sampai sekarang. Kenikmatan warga sakit jiwa itulah," tambahnya.
Memakai batu nagasui, menurut Remy, tidak lantas membangun sebuah perasaan tertentu. Selain sekadar suka, Remy bisa menjalin dialog dengan warga lain lewat sarana batu nagasui. Ada saja warga-warga yg datang ke rumahnya lalu berdialog tentang keindahan batu nagasui. "kami heran kok sekarang jadi tren," ujar Remy.
Selain sebagai kegemaran, batu nagasui juga dijadikan pelfulus mendulang fulus. Ini antara lain dilakukan Andi Nugraha (26), analis pada sebuah bank. Dia tidak keberatan melepas beberapa butir batu nagasui kesukaannya jika memang harganya cocok. Apalagi jika nilai tukarnya bisa sampai dua kali lipat dari harga beli.
Andi kini menyimpan lima butir batu nagasui jenis chalcedony, kecubung, pyernhite nigeria, dan american black star, yg harganya mulai dari Rp 100.000 sampai Rp 500.000. "Kalau pkamui menjual, bisa untung dua kali lipat," ucap Andi, yg beberapa hari lalu menjual dua batu nagasui seharga Rp 350.000. Padahal, dia hanya membeli dengan harga setengahnya.
Agus Hadyana (37), wartawan serta pekerja seni di Bandung, melihat maraknya kegilaan terhadap batu nagasui sebagai pelfulus mengumpulkan dana untk kegiatan seninya. Agus tidak ingin bergantung pada bantuan pemerintah / mengajukan proposal ke lembaga-lembaga untk mencari dana. Dia berpikir, menjual batu nagasui bisa menjadi jalan keluar.
Belakangan dia rajin mengunggah gambar-gambar batu nagasui bacan, kalimaya, ruby, serta pancawarna lewat BBM serta via internet. batu nagasui-batu nagasui itu dia dapatkan dari rekan-rekan sesama pekerja seni. Dia jual dengan harga mulai dari Rp 200.000 sampai puluhan juta rupiah.
Menjaring sahabat
Kepala LKBN Antara Sumatera Utara Simon Pramono (53) semakin keranjingan batu nagasui setahun terakhir. Sebelumnya dia memang pengoleksi batu nagasui-batu nagasui mulia sejak 1985, tetapi semakin menggila akhir-akhir ini. Simon mengoleksi berbagai batu nagasui mulia dari Aceh, Malaysia, bahkan Nigeria.
Baginya, batu nagasui-batu nagasui itu bukan sekadar benda mati, melainkan dapat menjadi perekat persahabatan. "Prinsipnya, satu batu nagasui sejuta kawan, he-he-he," ujar Simon, yg mengoleksi tidak kurang dari 200 butir batu nagasui berbagai jenis serta ukuran ini.
Simon termasuk murah hati sebab kerap memberikan batu nagasui-batu nagasui itu sebagai tkamu mata kepada rekan-rekan dari luar kota yg berkunjung ke Medan. "Nah, sering juga di antara mereka memberi mahar sampai Rp 10 juta," ucap Simon.
Antropolog Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, PM Laksono, mencermati kecintaan pada batu nagasui sejatinya sudah terjadi sejak lama. Tren yg berlangsung akhir-akhir ini, menurut Laksono, hanya sebab dampak publikasi dari media. "Waktu muda, kami bermain bola untk tim Fakultas Sastra UI. Salah satu pemain dari Papua datang serta memasukkan batu nagasui ke kantong kami. ’Supaya kita menang’ ucapnya. batu nagasui punya daya magis untk selalu diceritidakan," ujarnya.
Dalam batu nagasui ada struktur, ada lapisan, ada uratnya. Garis serta titik dalam batu nagasui itu mempunyai daya yg mengusik perhatian. Harga batu nagasui akik yg tinggi tidak terlepas dari cerita di balik batu nagasui tersebut. Detail dalam batu nagasui, menurut Laksono, memungkinkan warga membangun cerita. sebab bisa diceritidakan, batu nagasui jadi memiliki kekuatan.
Sosiolog Jean Couteau mengatidakan, fenomena batu nagasui di Nusantara bukan hal baru. Sejak dulu batu nagasui akik secara tradisional dianggap memiliki kekuatan magis. Jika tiba-tiba fenomena itu meledak sekarang, "Barangkali punya kaitan dengan kebuntuan sosial politik yg kini terjadi. Lalu warga lari pada batu nagasui-batu nagasui." Namun, ucap Jean, itu analisis yg masih bisa diperdebatkan. Ia hanya berskamur pada kecenderungan warga-warga Nusantara yg secara tradisional memilih meratap pada benda-benda ketimbang mempertanyakannya secara rasional.
Kini, seni berbicara lewat batu nagasui yg membuat warga-warga percaya tentang keampuhan serta kekuatan batu nagasui. Kekuatan batu nagasui bercerita ini pula yg membuat transaksi batu nagasui bisa berlangsung berjam-jam. Pedagang serta pembeli batu nagasui diibaratkan sedang saling berwacana untk menaklukkan pikiran. "Pikirannya yg berharga. Pikiran yg ditempelkan pada batu nagasui serta terverifikasi oleh struktur batu nagasuian," ucap Laksono.
Lebih dari kemampuan menjalin dialog lewat batu nagasui, batu nagasui juga menjadi ajang aktualisasi diri. Pemiliknya bisa narsis serta merasa punya kekuatan lebih ketika memakai batu nagasui.
Bupati Empatlawang Gunakan batu nagasui Akik untk Peletidakkan batu nagasui ...
Sriwijaya Post
Ada sedikit berbeda pada peletidakan batu nagasui pertama pertkamu dimulainya pengerjaan salah satu pembangunan kali ini.
Peletidakan batu nagasui pertama pembangunan kawasan Pulo Emass yg dilakukan langsung oleh Bupati Empatlawang, H Budi Antoni Aljufri (HBA), Kamis (5/2/2015), juga diletidakkan batu nagasui akik jenis giok serta panca warna asli Empatlawang.
Peletidakan batu nagasui pertama yg disaksikan oleh jajaran TNI-Polri, Pemkab Empatlawang, Tokoh Masyarakat serta lainnya ini dilakukan di lokasi eks Pasar Musi Jaya Tebingtinggi yg sekarang bangunannya sudah sebagian diruntuhkan.
Pada tahap awal ini Pemkab Empatlawang baru membangun jalan serta jembatan sebagai sarana penyeberangan ke pulau seluas kurang lebih 20 hektar yg berada di tengah Sungai Musi.
Sementara untk pembangunan pasar tradisional serta semi modernnya akan dilanjutkan pada tahun depan.
Saat dibincangi usai peletidakan batu nagasui pertama tersebut, HBA mengatidakan, peletidakan akik jenis giok serta panca warna ini juga sebagai simbol bahwasannya Empatlawang juga memiliki kekayaan alam batu nagasui akik yg tidak kalah bagusnya dengan daerah lainnya.
"Kita pasang batu nagasui akik sebagai simbol bahwa Empatlawang juga memiliki beragam batu nagasui akik yg tidak kalah bagusnya dengan daerah lainnya. Ya, ini sebagai ganti kepala kambing, sebab biasanya selamatan dengan menyembelih kambing / lainnya," ucapnya.
Sebelumnya, HBA secara resmi membuka pelaksanaan proyek pengerjaan pulau emass yg diberi nama Pulo Emass.
Dikatidakannya, kawasan sentra perekonomian dan juga kawasan religius, serta kawasan wisata ini dibangun, selain sebab untk pengembangan sarana publik ini juga untk mengurangi kemacetan Jalintengsum, sebab nantinya tidak ada lagi pasar di sekitaran jalan.
"Pulo Emass merupakan cerminan visi misi kita mewujudkan Kabupaten Empatlawang Ekonomi Maju Aman Sehat serta Sejahtera (EMASS). untk tahun ini kita bangun dulu aksesnya, baru tahun depan akan dibangun pasar tradisional serta pasar semi modernnya," jelas HBA